Peternakan Doka (Domba dan Kambing) Berbasis Kebun Energi

Kebutuhan
pangan khususnya protein hewani terus meningkat seiring pertambahan
penduduk. Daging khususnya dari domba kambing adalah sumber protein
hewani yang banyak menjadi favorit atau kesukaan masyarakat.
Diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 milyar pada 2050 dan
khususnya penduduk Indonesia 319 juta jiwa pada 2045. DKI Jakarta atau
Jabodetabek adalah daerah paling padat penduduknya di Indonesia sehingga
kebutuhan pangan khususnya protein hewani daging domba kambing semakin
besar. Saat ini daerah tersebut mendatangkan kebutuhan daging domba dan
kambing dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung secara bergantian
tergantung ketersediaan suplai masing-masing daerah tersebut. Hal ini
karena tidak ada satu daerahpun yang mampu mencukupi sendiri kebutuhan
Jabodetabek tersebut. Atau apabila daerah-daerah tersebut selalu bisa
menyuplai kebutuhan Jabodetabek secara rutin maka bisnis bisa terus
berkesinambungan dan stabil tetapi tentu saja bisa mengatasi
kendala-kendala dalam bisnis Doka ini.

Ternyata
sejumlah permasalahan melingkupi bisnis Doka ini diantaranya
ketersediaan bibit, skill beternak, ketersediaan pakan, rantai pemasaran
dan sebagainya. Hal sederhana misalnya ketersediaan bibit. Walaupun
peternak pada umumnya juga belum menggunakan bibit unggul, ketersediaan
bibit pun menjadi masalah karena banyak betina produktif yang dipotong
atau disembelih. Hal ini terutama karena faktor persaingan bisnis,
karena harga jantan lebih mahal membuat Doka betina disembelih padahal
ini mengganggu keberlanjutan usaha peternakan tersebut. Aspaqin (Asosiasi Pengusaha Aqiqah Indonesia)
mencatat telah terjadi penyembelihan betina sebanyak 63% dari
anggotanya dari total 331.693 ekor yang disembelih. Tentu saja masih
banyak yang tidak terdata karena masih banyak pengusaha aqiqah yang
tidak menjadi anggota Aspaqin tersebut. Selain itu juga banyak
warung-warung makan masakan kambing seperti warung-warung sate yang
masih menyembelih Doka betina produktif. 

Tentu
juga akan lebih baik jika Doka yang menjadi bibit adalah Doka pilihan
atau unggulan sehingga dihasilkan kuantitas dan kualitas daging lebih
baik. Faktor konversi pakan ke daging pada Doka unggulan juga lebih
tinggi sehingga lebih menguntungkan. Dan ini terutama menjadi
tanggungjawab lembaga-lembaga riset. Domba dorper dan kambing bohr
adalah jenis doka unggulan tersebut. Tetapi ada upaya yang lebih mudah
dilakukan untuk menjaga keberlangsungan peternakan domba tersebut, yakni
dengan mengurangi bahkan melarang pemotongan Doka betina produktif.
Dengan cara demikian maka kontinuitas bibit Doka bisa dipertahankan
bahkan dikembangkan lebih banyak lagi. Untuk bisa mewujudkan hal ini
tentu saja dibutuhkan upaya dari semua pihak. Pemberian insentif atau
sangsi bisa saja dilakukan untuk menunjang hal tersebut. 

Masalah
skill atau ketrampilan peternak juga menjadi kendala lainnya. Sebagian
besar peternak Doka adalah peternak kecil dengan teknik beternak
tradisional. Hal tersebut membuatnya sulit apabila digunakan mencukupi
permintaan rutin apalagi jumlah besar. Pola peternakan modern harus
dilakukan untuk menjadi industri peternakan yang handal sebagai tumpuan
mata pencaharian peternak tersebut. Hanya dengan pola tersebut
peternakan yang efektif dan efisien bisa dilaksanakan. Dengan persiapan
yang baik didukung dengan skill tersebut, pelaku industri peternakan
Doka mampu melakukan peternakan Doka secara intensif sehingga diharapkan
mampu menyuplai kebutuhan daging tersebut.

Beternak
Doka selain merupakan upaya pemenuhan sumber pangan khususnya protein
hewani berupa daging dan susu, juga merupakan bagian menyempurnakan
syari'at Islam. Jumlah penduduk yang terus meningkat artinya bayi-bayi
muslim yang lahir itu orang tuanya diperintahkan untuk melakukan aqiqah.
Selain itu juga perayaan Idul Adha yang dilakukan setiap tahun juga
membutuhkan Doka sebagai hewan qurban. Domba bahkan sebagai hewan qurban
memiliki banyak keutamaan dibandingkan hewan ternak lainnya walaupun
sama-sama halal seperti kambing, unta dan sapi. Dalam ayat (QS 6 :
143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah
dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang
sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki
keutamaan daripada sesudahnya. Indikasi lain tentang keutamaan domba
juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim
diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh
Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar.
Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi
syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah. 

Pengembangan kebun energi
yang semakin digaungkan akhir-akhir ini dengan produk utama berupa kayu
untuk produksi bahan bakar biomasa baik wood chip maupun wood pellet,
juga akan menghasilkan limbah atau produk samping berupa daun. Daun
dari kaliandra atau gamal (gliricidia) tersebut kaya akan kandungan
protein sehingga sangat bagus sebagai sumber pakan ternak Doka tersebut.
Jumlah daun yang dihasilkan juga akan sangat banyak sehingga potensi
peternakan Doka yang dikembangkan juga akan sangat besar. Bahkan untuk
mencukupi kebutuhan Doka bibit, import berapapun juga diperbolehkan pada
peraturan saat ini. Hal ini juga bisa sangat mirip pada usaha
penggemukan (feedlot) sapi potong kapasitas besar,M dimana sapi bakalan
atau sapi bibit diimport dari Australia, untuk lebih detail baca disini.
Fokus penggemukan Doka juga bisa sangat efektif dan efisien atau
memiliki keunggulan seperti pada sapi potong bila dilakukan di
Indonesia. Limbah daun dari kebun energi bisa jadi pakan yang
potensial. 

Selain
untuk konsumsi dalam negeri, Doka juga bisa sebagai komoditas export.
Untuk keperluan dalam negeri seperti kurban dan aqiqah, pada umumnya
menggunakan Doka kecil, yakni dengan berat berkisar 25-35 kg. Sedangkan
untuk pasar export kebutuhan Doka biasanya mensyaratkan bobot 35 kg ke
atas. Pasar export bisa menjadi segmen tersendiri dan juga pada dasarnya
merupakan pilihan peternak itu sendiri. Peternak Doka dari Indonesia
juga telah melakukan export Doka ke sejumlah negara antara lain
Malaysia, Uni Emirat Arab dan Timor Leste seperti tabel di atas. 
      

Komentar

Popular post