Pemanfaatan Limbah Kayu Land Clearing Untuk Produksi Arang Dan Briket

 

Land clearing banyak dilakukan terutama untuk pembuatan perkebunan baru,
baik kebun untuk tanaman pangan maupun kebun atau hutan untuk produk kayu.
Pembuatan perkebunan sawit dan hutan akasia adalah contohnya. Sebelum penanaman
sawit atau akasia tersebut maka lokasi yang biasanya hutan alam dibersihkan
dari vegetasi atau pepohonan sebelumnya. Hutan alam tentu saja memiliki jenis
pepohonan yang sangat beragam baik dari jenisnya maupun usianya. Sejumlah
pepohonan memiliki diameter yang besar sedangkan lainnya lebih kecil. Setelah
dibersihkan dari pepohonan lamanya, selanjutnya tanahnya dikondisikan untuk
peruntukkan perkebunan tersebut. 



Memang, pembuatan kebun atau hutan tersebut harus sesuai dengan peruntukan
lahannya. Lahan-lahan yang merupakan hutan lindung atau hutan konservasi tentu
saja tidak bisa digunakan untuk hutan produksi atau hutan tanaman industri
(HTI). Hal tersebut tentu saja menyangkut faktor lingkungan berupa kelestarian
lingkungan hidup, seperti hutan sebagai sumber mata air, mencegah bahaya tanah
longsor, sebagai carbon sink dan sebagainya. Aktivitas ekonomi hutan produksi
pun juga harus memperhatikan aspek lingkungan sehingga usaha yang dilakukan
juga bisa berkelanjutan. Kayu misalnya sebagai sumber biomasa berbagai bahan
baku industri, bisa dikatakan sebagai sumber terbarukan hanya jika dikelola
dengan baik dan berkelanjutan.  



Sewaktu land clearing tersebut banyak sekali kayu yang hanya menjadi limbah.
Kayu-kayu dengan diameter besar bisa dijual ke penggergajian-penggergajian
kayu. Tetapi kayu-kayu berdiameter kecil seperti cabang dan ranting sebagian
besar tidak termanfaatkan, padahal jumlahnya banyak. Solusi masalah tersebut
kayu-kayu tersebut bisa diolah menjadi arang dan briket. Kayu-kayu batangan
yang tidak laku dijual di penggergajian kayu bisa digunakan untuk produksi
arang. Dengan teknologi yang baik produksi arang dengan kualitas tinggi bisa
dilakukan, yakni dengan fixed carbon lebih dari 82%. Kuantitas produksi hingga
3000 ton/tahun arang juga sangat memungkinkan. Sedangkan kayu-kayu limbah berupa
ranting lebih kecil atau potongan -potongan kayu bisa dimanfaatkan untuk
produksi briket. Produksi briket lebih mudah dan juga lebih murah dibandingkan
wood pellet. Hal lain yang membedakan briket dengan pellet terutama segmen
pasarnya, untuk lebih detail bisa dibaca disini.

Komentar

Popular post